Translate

“Rasa takut terhadap manusia jangan sampai menghalangi kamu untuk menyatakan apa yang sebenar-benarnya jika memang benar kamu melihatnya, menyaksikan atau mendengarnya.” (HR Ahmad)

“Raja (pemimpin) dan agama merupakan dua sejoli, tidak bisa dipisahkan antara satu dengan lainnya, karena agama adalah pondasi sementara raja adalah penjaganya, jika tidak memiliki pondasi maka akan hancur, dan jika tidak memiliki penjaga maka nilai-nilai yang terkadung didalamnya (Islam, Iman, Ihsan) akan rapuh dan segera sirna”
Assalâmu'alaikum warahmatullâhi wa barakâtuh

jadwal sholat

Akan lahir dari ilmu:

kemuliaan walaupun orangnya hina, kekuatan walaupun orangnya lemah, kedekatan walaupun orangnya jauh, kekayaan walaupun orangnya fakir, dan kewibawaan walaupun orangnya tawadhu'

24 November 2011

Surat Shalahuddin kepada Raja Richard

suarAsia - Kampanye Palestina untuk Dunia

Posted by: Brigade Al-Karamah | 18 November 2011


Al Azhar Tegaskan Kembali Surat Shalahuddin kepada Raja Richard [ 20/11/2011 - 02:30 ]

Kairo : Syaikhul Azhar, Dr. Ahmad Muhammad Thayib menegaskan bahwa al Azhar dan seluruh kaum muslimin di barat dan di timur, menolak proyek Zionis untuk melakukan yahudisasi kota al Quds. Dia mengingatkan entitas Zionis Israel dan pasukan yang mendukungkan akan dampak yang mengancam perdamaian di kawasan bahkan mengancam perdamaian seluruh dunia.

Al Azhar menegaskan bahwa monopoli terhadap kota suci al Quds dan yahudisasi padanya, merupakan pelanggaran terhadap konvensi dan hukum internasional serta norma-norma, yang melarang dan mengkriminalkan setiap perubahan pada karakter tanah, penduduk, dan identitas di wilayah pendudukan. Karena itu, tegas al Azhar dalam pernyataannya, “Maka yahudisasi al Quds tidak memiliki legitimasi hukum."Al Azhar kembali menegaskan ketetapan jalan yang ditempun Shalahuddin bagaimana cara pembebasan kota al Quds, ketika dia menulis surat kepada Raja Salib Richard si Hati Singa, "Anda jangan berpikir bahwa kami bisa menyerahkan al Quds, tidak pernah, demikian juga kami, sebagai umat muslim, tidak mungkin bisa menyerahkan hak-hak kami di al Quds, dalam kondisi apapun, anda tidak akan bisa mengambil satu batu pun di tanah ini, selama masiha da jihad."

Al Azhar menegaskan bahwa yahudisasi al Quds dan serangan terhadap tanda-tanda yang ada di Baitul Maqdis merupakan garis merah. Al Azhar juga berjanji akan menghapus lembaran enttias Zionis di tanah Palestina.Al Azhar menyebutkan bahwa orang-orang salib menduduki wilayah lebih luas dibandingkan apa yang diduduki Zionis, demikian juga al Quds jauh lebih lama berada di bawah pendudukan orang-orang salib dibandingkan Zionis, namun demikian berhasil dibebaskan. “Al Quds berada di bawah sandera kaum salib jauh berlipat lamanya dibandingkan di bawah pendudukan Zionis.

Meskipun demikian sejarah telah berlalu – tidak ada perbedaan – bahwa lembaran penjajahan berhasil dihapus dan bekas-bekas agresi musuh terhadap hak-hak dan tempat-tempat suci bisa dihilangkan,” ungkap al Azhar dalam pernyataannya.Al Azhar mengatakan bahwa orang-orang Zionis yang bersandar kepada kekuatan imperialis barat, dalam upayanya melakukan yahudisasi al Quds – hanya mempertaruhkan masa depan Yahudi sendiri dan sudah melanggar garis merah umat Islam yang berjumlah seperempat total penduduk dunia, umat yang mampu – dalam waktu dekat – untuk merebut kembali hak-haknya yang dirampas. (asw)



Allah-green.svg

...***Brigade Al-Karamah***...
suarAsia.blogspot.com

...
Mengapa bangsa Indonesia harus memberikan rasa kepedulianya terhadap Palestina?
Sedikitnya ada 5 alasan yang mendasarinya yaitu:
1. Palestina adalah tanah yang diwakafkan Umar Bin Khatab kepada Umat Islam
2. Palestina adalah tempat suci Umat Islam
3. Palestina adalah Qiblat pertama Umat Islam
4. Palestina adalah negeri Isra' Mi'rajnya Baginda Nabi Muhammad SAW
5. Palestina adalah alasan Historis, Palestina mendukung kemeredekaan Indonesia
"DEMI KEBANGKITAN ISLAM KAMI RELA BERKORBAN UNTUK ISLAM YANG MULIA"

PAHAM ZIONISME DAN ISRAEL

Teror... Peperangan, pengusiran dan pembantaian... Selama puluhan tahun hingga kini Al Quds bersimbah darah, air mata dan penderitaan... Namun sebelumnya, terdapat masa di mana Palestina menjadi teladan bagi perdamaian, kerukunan dan keadilan. Pemeluk agama yang berbeda hidup berdampingan sebagai saudara dan beribadah dengan semangat saling menghormati dan menghargai. Masa kedamaian ini terjadi dalam sejarah di masa pemerintahan Muslim. Kala itu, wilayah ini di bawah pemerintahan Islam setelah pengambil-alihan Palestina oleh Khalifah Umar pada tahun 637 M. Pemerintahan baru ini memperlihatkan toleransi besar terhadap kaum Nasrani dan Yahudi. Sebagaimana ajaran Islam, pemerintahan Muslim mengizinkan pemeluk agama lain untuk hidup sesuai agama mereka masing-masing. Kekhalifahan Utsmaniyyah mengambil alih wilayah ini pada tahun 1517 dan memperlihatkan toleransi dan keadilan yang sama sebagaimana pemerintahan Muslim sebelumnya. Mereka membangun suasana perdamaian dan kebebasan di wilayah yang masih menjadi teladan hingga kini. Berkat “sistem bangsa,” yang mengizinkan pemeluk agama berbeda untuk hidup sesuai keyakinan masing-masing, kaum Nasrani dan Yahudi menikmati lingkungan yang penuh toleransi, keamanan dan kebebasan di wilayah kekhalifahan Utsmaniyyah.