Translate

“Rasa takut terhadap manusia jangan sampai menghalangi kamu untuk menyatakan apa yang sebenar-benarnya jika memang benar kamu melihatnya, menyaksikan atau mendengarnya.” (HR Ahmad)

“Raja (pemimpin) dan agama merupakan dua sejoli, tidak bisa dipisahkan antara satu dengan lainnya, karena agama adalah pondasi sementara raja adalah penjaganya, jika tidak memiliki pondasi maka akan hancur, dan jika tidak memiliki penjaga maka nilai-nilai yang terkadung didalamnya (Islam, Iman, Ihsan) akan rapuh dan segera sirna”
Assalâmu'alaikum warahmatullâhi wa barakâtuh

jadwal sholat

Akan lahir dari ilmu:

kemuliaan walaupun orangnya hina, kekuatan walaupun orangnya lemah, kedekatan walaupun orangnya jauh, kekayaan walaupun orangnya fakir, dan kewibawaan walaupun orangnya tawadhu'

15 November 2011

Pertama Kalinya dalam Sejarah Partai Syiah Berdiri di Mesir

suarAsia
Posted by: im_firman | 15 November 2011 




Di Mesir, untuk pertama kalinya partai politik Syiah berdiri dengan membawa bersama wakil-wakil dari warga Syiah yang ada di negara tersebut, surat kabar Al-Syuruk melaporkan Rabu kemarin (24/8). Partai Syiah ini diberi nama "Partai Persatuan dan kebebasan."

Pendiri Partai, Ahmad Rasimal-Nafis, mengatakan bahwa partainya akan mempromosikan nilai-nilai tradisional Mesir, misalnya, mengkampanyekan hidup berdampingan secara damai meski memiliki keyakinan yang berbeda. Menurut dia, platform partai harus mencerminkan pluralisme yang mencirikan masyarakat yang ada di Mesir.

Perlu dicatat bahwa agama Syiah pada abad pertengahan lalu adalah agama yang sempat menguasai Mesir , ketika negara itu diperintah oleh para khalifah dari dinasti Fatimiyah, yang berakar ke sekte Syiah Ismailiyah. Setelah jatuhnya rezim Fatimiyah, agama Syiah telah kehilangan posisi posisi terkemukanya di Mesir. Data yang tepat mengenai jumlah masyarakat Syiah Mesir tidak diketahui, tetapi menurut beberapa sumber, hanya ada beberapa ratus ribu orang - kurang dari 1% dari total populasi.

Pendiri partai Al-Nafis (57 tahun) lahir dari sebuah sebuah keluarga Sunni, namun pada tahun 1985 ia memutuskan untuk murtad dan masuk ke agama Syiah. Pada tahun 2004, dia meminta pihak berwenang untuk memberikan status resmi dari minoritas agama Syiah di Mesir, tapi mendapat penolakan. Dalam sebuah wawancara tahun lalu al-Nafis mengatakan bahwa Syiah selalu teraniaya, dan setelah perang di Libanon pada tahun 2006, pemerintah Mesir mulai lebih dekat memantau komunitas Syiah.(fq/newsru/eramuslim)


Allah-green.svg

...***Brigade Al-Karamah***...
suarAsia.blogspot.com

...

Mengapa bangsa Indonesia harus memberikan rasa kepedulianya terhadap Palestina?
Sedikitnya ada 5 alasan yang mendasarinya yaitu:
1. Palestina adalah tanah yang diwakafkan Umar Bin Khatab kepada Umat Islam
2. Palestina adalah tempat suci Umat Islam
3. Palestina adalah Qiblat pertama Umat Islam
4. Palestina adalah negeri Isra' Mi'rajnya Baginda Nabi Muhammad SAW
5. Palestina adalah alasan Historis, Palestina mendukung kemeredekaan Indonesia
"DEMI KEBANGKITAN ISLAM KAMI RELA BERKORBAN UNTUK ISLAM YANG MULIA"

PAHAM ZIONISME DAN ISRAEL

Teror... Peperangan, pengusiran dan pembantaian... Selama puluhan tahun hingga kini Al Quds bersimbah darah, air mata dan penderitaan... Namun sebelumnya, terdapat masa di mana Palestina menjadi teladan bagi perdamaian, kerukunan dan keadilan. Pemeluk agama yang berbeda hidup berdampingan sebagai saudara dan beribadah dengan semangat saling menghormati dan menghargai. Masa kedamaian ini terjadi dalam sejarah di masa pemerintahan Muslim. Kala itu, wilayah ini di bawah pemerintahan Islam setelah pengambil-alihan Palestina oleh Khalifah Umar pada tahun 637 M. Pemerintahan baru ini memperlihatkan toleransi besar terhadap kaum Nasrani dan Yahudi. Sebagaimana ajaran Islam, pemerintahan Muslim mengizinkan pemeluk agama lain untuk hidup sesuai agama mereka masing-masing. Kekhalifahan Utsmaniyyah mengambil alih wilayah ini pada tahun 1517 dan memperlihatkan toleransi dan keadilan yang sama sebagaimana pemerintahan Muslim sebelumnya. Mereka membangun suasana perdamaian dan kebebasan di wilayah yang masih menjadi teladan hingga kini. Berkat “sistem bangsa,” yang mengizinkan pemeluk agama berbeda untuk hidup sesuai keyakinan masing-masing, kaum Nasrani dan Yahudi menikmati lingkungan yang penuh toleransi, keamanan dan kebebasan di wilayah kekhalifahan Utsmaniyyah.