Translate

“Rasa takut terhadap manusia jangan sampai menghalangi kamu untuk menyatakan apa yang sebenar-benarnya jika memang benar kamu melihatnya, menyaksikan atau mendengarnya.” (HR Ahmad)

“Raja (pemimpin) dan agama merupakan dua sejoli, tidak bisa dipisahkan antara satu dengan lainnya, karena agama adalah pondasi sementara raja adalah penjaganya, jika tidak memiliki pondasi maka akan hancur, dan jika tidak memiliki penjaga maka nilai-nilai yang terkadung didalamnya (Islam, Iman, Ihsan) akan rapuh dan segera sirna”
Assalâmu'alaikum warahmatullâhi wa barakâtuh

jadwal sholat

Akan lahir dari ilmu:

kemuliaan walaupun orangnya hina, kekuatan walaupun orangnya lemah, kedekatan walaupun orangnya jauh, kekayaan walaupun orangnya fakir, dan kewibawaan walaupun orangnya tawadhu'

23 November 2011

Al-Quds Bukan Yerusalem !

suarAsia - Kampanye Palestina untuk Dunia

Posted by: Brigade Al-Karamah | 18 November 2011

Yerusalem Bukan di Al-Quds 

Peneliti Irak menemukan bahwa Al-Quds dengan nama Arabnya itu bukanlah kota Yerusalem seperti disebutkan dalam Taurat, bahwa dua nama berbeda itu tidak menunjukkan kepada satu kota yang sama seperti sudah dikenal saat ini.

Penulis Irak, Fadel al-Rubaie, dalam bukunya "Al-Quds bukan Yerusalem, sebuah Kontribusi untuk Meluruskan Sejarah Palestina," menyebutkan bahwa Torah tidak menyebutkan nama Palestina atau orang-orang Palestina dan juga tidak pernah  menyebutkan Al-Quds.

Rubaie menuduh para arkeolog dan sejarawan Torah mendistorsi fakta dengan menyediakan cara pembacaan yang keliru terhadap teks Ibrani. Ia mengatakan bahwa nama asli yang disebutkan Taurat adalah Qashquds, bukan Al-Quds, serta untuk nama Al-Quds yang Arab adalah nama yang relatif baru dan nama itu tidak hidup sampai dengan tanggal penulisan Taurat.

Dia menambahkan bahwa nama ini diberikan di dalam Taurat pada Gunung yang tinggi yang berada di berbagai tempat, desa dan lembah yang dicatat Taurat secara akurat. Ia mengatakan bahwa hanya satu gunung yang menyandang nama Qashquds yangh di sana ada lembah -lembah dan desa-desa, serta tempat-tempat itu sendiri adalah gunung kudus yang suci di selatan kota Taiz, Yaman.
Penulis itu mengatakan bahwa tembok Yerusalem yang bangsa Nehemia merenovasinya bersama-sama dengan suku-suku yang kembali dari pembuangan Babel itu secara jelas menunjuk kepada silsilah pegunungan yang menyandang nama-nama suku-suku Arab Yaman yang sudah dikenal dalam sejarah kuno Arab dan kitab-kitan tentang garis keturunan.

Dia menunjukkan bahwa suku-suku yang kembali dari pembuangandi Babel adalah suku-suku Arab, mereka telah kembali ke Yerusalem di Yaman, tidak ke Palestina.

Rubaie mengatakan, temuannya ini merupakan pengembangan teori yang ditulisnya dari buku “Palestina yang Imajiner, Tanah Taurat di Yaman”. Rubaie juga mengakui bahwa temuannya ini mungkin tidak mengejutkan nurani para Yahudi fanatik dan penganut Torah serta para orientalis, tapi itu mungkin bisa mengejutkan nurani orang-orang Palestina dan Arab serta Muslim.

Ia menjelaskan bahwa riwayat Israel kontemporer yang mengatakan bahwa Palestina adalah tanah yang dijanjikan Yahudi, bahwa Kerajaan Israel kuno di mana di sana tinggal orang-orang Israel yang berada di Palestina yang bersejarah, itu semua didasarkan pada alasan yang lemah. (milyas/aljzr)
Arsip   : Minggu, 29/08/2010 22:58 WIB

Allah-green.svg

...***Brigade Al-Karamah***...
suarAsia.blogspot.com

Mengapa bangsa Indonesia harus memberikan rasa kepedulianya terhadap Palestina?
Sedikitnya ada 5 alasan yang mendasarinya yaitu:
1. Palestina adalah tanah yang diwakafkan Umar Bin Khatab kepada Umat Islam
2. Palestina adalah tempat suci Umat Islam
3. Palestina adalah Qiblat pertama Umat Islam
4. Palestina adalah negeri Isra' Mi'rajnya Baginda Nabi Muhammad SAW
5. Palestina adalah alasan Historis, Palestina mendukung kemeredekaan Indonesia
"DEMI KEBANGKITAN ISLAM KAMI RELA BERKORBAN UNTUK ISLAM YANG MULIA"

PAHAM ZIONISME DAN ISRAEL

Teror... Peperangan, pengusiran dan pembantaian... Selama puluhan tahun hingga kini Al Quds bersimbah darah, air mata dan penderitaan... Namun sebelumnya, terdapat masa di mana Palestina menjadi teladan bagi perdamaian, kerukunan dan keadilan. Pemeluk agama yang berbeda hidup berdampingan sebagai saudara dan beribadah dengan semangat saling menghormati dan menghargai. Masa kedamaian ini terjadi dalam sejarah di masa pemerintahan Muslim. Kala itu, wilayah ini di bawah pemerintahan Islam setelah pengambil-alihan Palestina oleh Khalifah Umar pada tahun 637 M. Pemerintahan baru ini memperlihatkan toleransi besar terhadap kaum Nasrani dan Yahudi. Sebagaimana ajaran Islam, pemerintahan Muslim mengizinkan pemeluk agama lain untuk hidup sesuai agama mereka masing-masing. Kekhalifahan Utsmaniyyah mengambil alih wilayah ini pada tahun 1517 dan memperlihatkan toleransi dan keadilan yang sama sebagaimana pemerintahan Muslim sebelumnya. Mereka membangun suasana perdamaian dan kebebasan di wilayah yang masih menjadi teladan hingga kini. Berkat “sistem bangsa,” yang mengizinkan pemeluk agama berbeda untuk hidup sesuai keyakinan masing-masing, kaum Nasrani dan Yahudi menikmati lingkungan yang penuh toleransi, keamanan dan kebebasan di wilayah kekhalifahan Utsmaniyyah.