Translate

“Rasa takut terhadap manusia jangan sampai menghalangi kamu untuk menyatakan apa yang sebenar-benarnya jika memang benar kamu melihatnya, menyaksikan atau mendengarnya.” (HR Ahmad)

“Raja (pemimpin) dan agama merupakan dua sejoli, tidak bisa dipisahkan antara satu dengan lainnya, karena agama adalah pondasi sementara raja adalah penjaganya, jika tidak memiliki pondasi maka akan hancur, dan jika tidak memiliki penjaga maka nilai-nilai yang terkadung didalamnya (Islam, Iman, Ihsan) akan rapuh dan segera sirna”
Assalâmu'alaikum warahmatullâhi wa barakâtuh

jadwal sholat

Akan lahir dari ilmu:

kemuliaan walaupun orangnya hina, kekuatan walaupun orangnya lemah, kedekatan walaupun orangnya jauh, kekayaan walaupun orangnya fakir, dan kewibawaan walaupun orangnya tawadhu'

01 October 2011

Dalam Dua Hari, TvOne Melakukan Dua Ketidakadilan Dalam Pemberitaan Terorisme


suarAsia
Posted by: im_firman | 01 Oktober 2011 



Mengabarkan atau Mengaburkan?Hal yang penting dalam sisi jurnalisme adalah mengabarkan sebuah kebenaran. Jurnalisme harus menjadi garda terdepan untuk berpihak kepada fakta demi kepentingan bersama. Namun apa yang dilakukan pada TvOne jauh dari upaya itu.

Dalam Acara Apa Kabar Malam Indonesia, rabu (28/9), terlihat pembawa acara Grace Natalie mencoba menutup-nutupi keterlibatan intelijen dalam kasus Solo. Saat Musthofa B. Nahrawardaya dari Indonesian Crime Analysis Forum (ICAF) mengatakan bahwa tiap kelompok muslim sudah dipepet intelijen dan menengarai kuatnya inflitrasi intel dalam kejadian Solo, wajah Grace berubah sinis. Ia seakan tidak ingin analisa Musthofa mencuat lebih jauh. Pembahasan intelijen sepertinya menjadi tabu untuk diungkapkan.

Entah kenapa, setelah Musthofa mengungkit hal tersebut, tidak berapa lama pihak TvOne langsung menayangkan iklan. Saya melihat ada upaya untuk menjauhkan masyarakat dari pikiran keterlibatan intelijen dalam kasus bom di Indonesia.
Sebenarnya ini bukan sekali saja terjadi. Kisah Grace yang kerap menyudutkan umat muslim setidaknya memiliki rekam jejak dalam pengembaraan jurnalismenya. Dalam tulisan,Antara Gaza, Grace, TV One dan Karni Ilyas di situs Muslimdailydikisahkan bahwa Grace pernah melakukan penggiringan opini dalam berita kasus terorisme Palembang. Grace, yang "meninjau" lokasi pesantren yang dituduh menjadi sarang dan tempat latihan tersangka teroris Palembang, melengkapi laporannya dengan ilustrasi bahwa pesantren itu "aneh" karena hanya memiliki sepuluh santri.

Kalau saja Grace seorang Muslim, atau rajin mengamati pesantren-pesantren kecil di pedesaan, niscaya ia akan menemukan pesantren (rintisan tentu saja) yang hanya memiliki lima, empat, tiga atau bahkan satu santri saja. Keheranan seorang Grace yang bukan Muslim dan tidak memahami dunia pesantren memang wajar. Namun komentar bodohnya bahwa hal itu “aneh” memberi bobot bagi penggiringan opini bahwa pesantren adalah sarang teroris.

Sudah selesaikah disini? Ternyata belum. Kasus ketidakberpihakan TvOne untuk mengungkap fakta apa adanya pada rabu malam kemarin, kembali dilakukan dalam Acara Apa Kabar Indonesia Pagi, kamis pagi (29/9). Kali ini aktornya adalah pembawa acara kenamaan, Indy Rahmawati. “Luka” ini bermula ketika salah seorang perwakilan dari Gerakan Anti Maksiat, bertanya mengapa momentum peledakan bom di Indonesia yang selalu bersamaan dengan kasus yang menimpa SBY. Rasanya ketika pucuk pimpinan Negara ini diterpa masalah maka tiba-tiba muncullah teror bom yang melanda Indonesia. “Ini kok selalu berbarengan,” tanyanya melihat ada keganjilan dalam drama ini.

Sebagai seorang jurnalis, seharusnya Indy bisa mengulik lebih jauh pandangan seorang narasumber. Sebuah fakta yang penting bagi kepentingan umat harus dikedepankan ketimbang ego dirinya. Itupun, jika dia memiliki insting jurnalis. Namun apa yang dilakukannya jauh dari harapan itu. Indy justru mematahkan dugaan kuat tersebut tanpa ada penjelasan lebih jauh. “Ah…itu dugaan saja, pak”. Ya ucapan itu mengalir tanpa terbersit niat untuk menggali informasi mendalam.

Jurnalisme Tumpul?
Tapi bayangkan, ketika para alumni Afghan beserta Sri Yunanto dari BNPT (kita tentu faham maksudnya apa) gantian menjadi narasumber, Indy terlihat leluasa mencari tahu. “Kok bisa sih gak ikut-ikut jadi teroris di Indonesia,” “Apa saja yang dipelajari di Afghan?” “Ada berapa mantan Afghan di Indonesia?”, serta sederatan pertanyaan lainnya tidak putus-putus.

Menariknya masih dalam acara Apa Kabar Indonesia pagi tadi, petikan dialog antara Grace Natalie, Direktur BNPT Petrus Golose, dan Musthofa B. Nahrawardaya dari ICAF, kembali diputar. Tentu umat berharap analisa Musthofa mengenai inflitrasi intelijen dalam kasus Solo bisa kembali ditayangkan. Namun, harapan tinggal harapan. Kembali, TVOne tidak berihak kepada keberimbangan berita. Dua kali potongan acara tersebut ditayangkan, dua kali pula ucapan Petrus yang diulas. Tapi tidak untuk statemen Musthofa. Padahal ucapan Petrus hanya dugaan keterkaitan JAT pada ledakan Solo, yang notabene sudah dibantah Sonhadi dari JAT Media Centre di media. Pertanyaannya adalah mengapa fihak TvOne tidak menyertakan ucapan Musthofa dalam satu tayangan lainnya? Ini ganjil. Sangat ganjil. Apalagi dilakukan sebuah jurnalisme yang katanya sebagai media besar di Indonesia.

Lalu pertanyaannya kemudian, apakah kejadian ini murni disengaja atau tidak? Saya sendiri sampai sekarang tidak mempercayai diktum bahwa sebuah jurnalisme adalah media obyektif dalam mengabarkan pemberitaan, karena sejatinya tiap media memiliki kepentingan masing-masing. Tinggal kita bertanya pada diri masing-masing apakah kita berada dalam kepentingan Dajjal atau barisan umat muslim? allahua'lam.

“Siapapun yang mempercayai peristiwa-peristiwa menurut media massa kafir, mustahil bisa mengetahui masalah yang sebenarnya." (Syekh Ahmad Thompson, Dajjal Antichrist). 
(pz/eramuslim|Kamis, 29/09/2011 11:03 WIB)

Allah-green.svg

...***Brigade Al-Karamah***...
suarAsia.blogspot.com

...
Mengapa bangsa Indonesia harus memberikan rasa kepedulianya terhadap Palestina?
Sedikitnya ada 5 alasan yang mendasarinya yaitu:
1. Palestina adalah tanah yang diwakafkan Umar Bin Khatab kepada Umat Islam
2. Palestina adalah tempat suci Umat Islam
3. Palestina adalah Qiblat pertama Umat Islam
4. Palestina adalah negeri Isra' Mi'rajnya Baginda Nabi Muhammad SAW
5. Palestina adalah alasan Historis, Palestina mendukung kemeredekaan Indonesia
"DEMI KEBANGKITAN ISLAM KAMI RELA BERKORBAN UNTUK ISLAM YANG MULIA"

PAHAM ZIONISME DAN ISRAEL

Teror... Peperangan, pengusiran dan pembantaian... Selama puluhan tahun hingga kini Al Quds bersimbah darah, air mata dan penderitaan... Namun sebelumnya, terdapat masa di mana Palestina menjadi teladan bagi perdamaian, kerukunan dan keadilan. Pemeluk agama yang berbeda hidup berdampingan sebagai saudara dan beribadah dengan semangat saling menghormati dan menghargai. Masa kedamaian ini terjadi dalam sejarah di masa pemerintahan Muslim. Kala itu, wilayah ini di bawah pemerintahan Islam setelah pengambil-alihan Palestina oleh Khalifah Umar pada tahun 637 M. Pemerintahan baru ini memperlihatkan toleransi besar terhadap kaum Nasrani dan Yahudi. Sebagaimana ajaran Islam, pemerintahan Muslim mengizinkan pemeluk agama lain untuk hidup sesuai agama mereka masing-masing. Kekhalifahan Utsmaniyyah mengambil alih wilayah ini pada tahun 1517 dan memperlihatkan toleransi dan keadilan yang sama sebagaimana pemerintahan Muslim sebelumnya. Mereka membangun suasana perdamaian dan kebebasan di wilayah yang masih menjadi teladan hingga kini. Berkat “sistem bangsa,” yang mengizinkan pemeluk agama berbeda untuk hidup sesuai keyakinan masing-masing, kaum Nasrani dan Yahudi menikmati lingkungan yang penuh toleransi, keamanan dan kebebasan di wilayah kekhalifahan Utsmaniyyah.