Translate

“Rasa takut terhadap manusia jangan sampai menghalangi kamu untuk menyatakan apa yang sebenar-benarnya jika memang benar kamu melihatnya, menyaksikan atau mendengarnya.” (HR Ahmad)

“Raja (pemimpin) dan agama merupakan dua sejoli, tidak bisa dipisahkan antara satu dengan lainnya, karena agama adalah pondasi sementara raja adalah penjaganya, jika tidak memiliki pondasi maka akan hancur, dan jika tidak memiliki penjaga maka nilai-nilai yang terkadung didalamnya (Islam, Iman, Ihsan) akan rapuh dan segera sirna”
Assalâmu'alaikum warahmatullâhi wa barakâtuh

jadwal sholat

Akan lahir dari ilmu:

kemuliaan walaupun orangnya hina, kekuatan walaupun orangnya lemah, kedekatan walaupun orangnya jauh, kekayaan walaupun orangnya fakir, dan kewibawaan walaupun orangnya tawadhu'

31 October 2011

[ {31/10/2011 ] Haniya: Mimbar Masjid Aqsha Mulai Dipersiapkan


Suara Palestina Untuk Dunia 

Posted by: im_firman | 31 Oktober 2011


Al-karamah, Kepala pemerintahan Palestina yang digulingkan; Ismail Haniya, mengumumkan bahwa Jumat kemarin (28/10) adalah awal pencanangan pembangunan mimbar Masjidil Aqsha yang diberkahi, sebagai wujud dari sikap optimis akan dibebaskannya kota Al-Quds dari tangan penjajah (Zionis).



Hal tersebut disampaikan Haniya dalam sebuah resepsi pernikahan salah seorang tawanan yang baru saja dibebaskan, di rumahnya, Gazza. 
Dia mengatakan, "Kami telah menugaskan orang-orang yang kompeten untuk menyiapkan mimbar Masjid Aqsha, sebagaimana hal tersebut dilakukan oleh Panglima Salahudian (Al-Ayubi) yang menyiapkan mimbar Masjid Aqsha sebelum dia berhasil menundukkannya." 
Salahudin merupakan panglima perang dari suku Kurdi pendiri negara Ayubiyah yang berhasil membebaskan Al-Quds pada tahun 1187.
Haniya menyatakan bahwa keputusan untuk menyiapkan mimbar tersebut sebagai realisasi dari wasiat salah seorang tawanan yang dibebaskan, yaitu DR. Abdul Aziz Umar saat dia menyampaikan pidato pada sebuah perayaan di Universitas Gazza. Beliau menambahkan, "Kami yakin kepada Allah bahwa kami sudah sangat dekat dengan terwujudnya saat-saat yang Allah janjikan tersebut, yaitu dibebaskannya Al-Quds sehingga Panji Tauhid akan tinggi menjulang."
Di sisi lain, Israel hingga kini tetap menganggap Jerusalem (Al-Quds) Timur dan Barat merupakan Ibu Kota abadi bagi mereka dan menolak mentah-mentah menjadikan wilayah ini sebagai bahan perundingan. Hal tersebut bertentangan dengan berbagai keputusan PBB serta sikap negara-negara internasional. Sementara pemerintahan Palestina menganggap bahwa Al-Quds (Jerusalem) timur, merupakan Ibu Kota negara Palestina.(alj)
sumber : Islammedia.com

No comments:

Mengapa bangsa Indonesia harus memberikan rasa kepedulianya terhadap Palestina?
Sedikitnya ada 5 alasan yang mendasarinya yaitu:
1. Palestina adalah tanah yang diwakafkan Umar Bin Khatab kepada Umat Islam
2. Palestina adalah tempat suci Umat Islam
3. Palestina adalah Qiblat pertama Umat Islam
4. Palestina adalah negeri Isra' Mi'rajnya Baginda Nabi Muhammad SAW
5. Palestina adalah alasan Historis, Palestina mendukung kemeredekaan Indonesia
"DEMI KEBANGKITAN ISLAM KAMI RELA BERKORBAN UNTUK ISLAM YANG MULIA"

PAHAM ZIONISME DAN ISRAEL

Teror... Peperangan, pengusiran dan pembantaian... Selama puluhan tahun hingga kini Al Quds bersimbah darah, air mata dan penderitaan... Namun sebelumnya, terdapat masa di mana Palestina menjadi teladan bagi perdamaian, kerukunan dan keadilan. Pemeluk agama yang berbeda hidup berdampingan sebagai saudara dan beribadah dengan semangat saling menghormati dan menghargai. Masa kedamaian ini terjadi dalam sejarah di masa pemerintahan Muslim. Kala itu, wilayah ini di bawah pemerintahan Islam setelah pengambil-alihan Palestina oleh Khalifah Umar pada tahun 637 M. Pemerintahan baru ini memperlihatkan toleransi besar terhadap kaum Nasrani dan Yahudi. Sebagaimana ajaran Islam, pemerintahan Muslim mengizinkan pemeluk agama lain untuk hidup sesuai agama mereka masing-masing. Kekhalifahan Utsmaniyyah mengambil alih wilayah ini pada tahun 1517 dan memperlihatkan toleransi dan keadilan yang sama sebagaimana pemerintahan Muslim sebelumnya. Mereka membangun suasana perdamaian dan kebebasan di wilayah yang masih menjadi teladan hingga kini. Berkat “sistem bangsa,” yang mengizinkan pemeluk agama berbeda untuk hidup sesuai keyakinan masing-masing, kaum Nasrani dan Yahudi menikmati lingkungan yang penuh toleransi, keamanan dan kebebasan di wilayah kekhalifahan Utsmaniyyah.