Translate

“Rasa takut terhadap manusia jangan sampai menghalangi kamu untuk menyatakan apa yang sebenar-benarnya jika memang benar kamu melihatnya, menyaksikan atau mendengarnya.” (HR Ahmad)

“Raja (pemimpin) dan agama merupakan dua sejoli, tidak bisa dipisahkan antara satu dengan lainnya, karena agama adalah pondasi sementara raja adalah penjaganya, jika tidak memiliki pondasi maka akan hancur, dan jika tidak memiliki penjaga maka nilai-nilai yang terkadung didalamnya (Islam, Iman, Ihsan) akan rapuh dan segera sirna”
Assalâmu'alaikum warahmatullâhi wa barakâtuh

jadwal sholat

Akan lahir dari ilmu:

kemuliaan walaupun orangnya hina, kekuatan walaupun orangnya lemah, kedekatan walaupun orangnya jauh, kekayaan walaupun orangnya fakir, dan kewibawaan walaupun orangnya tawadhu'

02 May 2012

KEHILANGAN DUKUNGAN KARENA TERUS MENGHUJAT ISLAM



Geert Wilders di pengadilan
Geert Wilders, Selasa (1/5), akan mempresentasikan buku otobiografinya ‘Marked for Death: Islam’s War against the West and Me’ (Dicap Mati: Perang Islam Melawan Barat dan Saya). Krisis politik di Belanda dalam beberapa minggu terakhir berpengaruh buruk pada reputasi Wilders di Belanda. Tapi, apakah seruan anti Islam dan Islamisasi Barat yang disuarakan Wilders ini akan disambut baik di Amerika Serikat pada 2012?
Masa depan politik Wilders di Belanda mengecil setelah ia memutuskan keluar dari koalisi pemerintah dan memilih untuk bergabung dalam kubu oposisi. Kalaupun Wilders dalam pemilu mendatang meraih suara terbanyak, ia tetap akan sulit, bahkan mungkin mustahil, untuk bisa membentuk koalisi pemerintah. Tidak ada partai politik yang mau bekerja sama dengannya.
Lalu kemana penyerang Islam kawakan ini harus pergi saat Dewi Keberuntungan sudah tidak menyertainya? Tentunya ke Amerika Serikat. Politisi Belanda asal Somalia Ayaan Hirsi Ali memulai karir sebagai kritisi Islam di Amerika Serikat setelah ia mengundurkan diri dari dunia politik di Belanda. Ada spekulasi bahwa Wilders akan mengikuti jejak Hirsi Ali.
Yang pasti, Geert Wilders sudah tidak asing lagi di Amerika Serikat. Ia sudah sering bepergian ke sana untuk mengumpulkan dana dan juga memberi berbagai kuliah umum.
Ia dikenal luas ketika berpidato di New York pada musim gugur 2010 menentang pembangunan Pusat Muslim yang berlokasi beberapa blok dari Ground Zero. Protes Wilders ini menjadi platform baginya untuk menyebarkan pesan melawan Islam.
Wilders mengatakan New York 'harus membela diri dari kekuatan kegelapan, arus kebencian dan juga racun ketidakpedulian...Ini berarti kita tidak boleh memberi ruang gerak bagi mereka yang ingin menekan kita."
Namun demikian, dua tahun kemudian Wilders akan melihat bahwa sikap warga Amerika sudah berubah. Sama ketika ia mendapat sambutan dingin di Parlemen Belanda saat ia muncul pertama kali setelah keluar dari koalisi, bukunya juga akan mendapat sambutan dingin di Amerika Serikat.
Penerbit kecil yang mengeluarkan buku Wilders adalah motor penggerak dalam lingkup anti-Islam. Penerbit Regnery menerbitkan buku-buku tentang konspirasi teori dan bertujuan menakut-nakuti. Contoh-contoh buku terbitan mereka antara lain ‘Fast and Furious: Obama's Bloodiest Scandal and Its Shameless Cover-Up’,  ‘Secret Weapon: How Economic Terrorism Brought Down the U.S. Stock Market and Why It Can Happen Again’, and ‘After America: Get Ready for Armageddon’.
Pemimpin Penerbit Regnery Presiden Marji Ross menyatakan ia tahu pandangan Wilders lumayan ekstrem tapi 'itulah yang membuat bukunya menarik, tegas dan bernilai berita tinggi.'
Sejauh ini review terhadap buku Wilders tidak memenuhi harapan penerbit bersangkutan. Dalam review, buku Wilders digambarkan sebagai buku yang kering mengenai sejarah karier Wilders dan tidak ada polemik sama sekali. Yang aneh, dalam  bukunya Wilders sama sekali tidak menyebut Perdana Menteri Mark Rutte yang membantunya masuk dalam tampuk pemerintahan di Belanda. Ia malah menyebut nama Hirsi Ali beberapa kali dan menyatakan ia punya pikiran yang sama.
Namun, berbeda dengan buku Hirsi Ali yang berjudul Infidel and Nomad yang dikeluarkan oleh penerbit ternama dan terjual bagus, 'Marked for Death' sepertinya tidak akan mendapat sambutan yang sama.
Ketika Wilders berbicara di depan parlemen Belanda setelah membubarkan koalisi awal minggu ini, ia terlihat lesu. Anggota parlemen lain tidak mengindahkannya. Mereka tidak mengajukan pertanyaan apa-apa, kecuali satu anggota parlemen.
Tampaknya, selain dari para pencela Islam, buku Wilders tampaknya akan sepi tanggapan di Amerika Serikat.

Republika – Sel, 1 Mei 2012


No comments:

Mengapa bangsa Indonesia harus memberikan rasa kepedulianya terhadap Palestina?
Sedikitnya ada 5 alasan yang mendasarinya yaitu:
1. Palestina adalah tanah yang diwakafkan Umar Bin Khatab kepada Umat Islam
2. Palestina adalah tempat suci Umat Islam
3. Palestina adalah Qiblat pertama Umat Islam
4. Palestina adalah negeri Isra' Mi'rajnya Baginda Nabi Muhammad SAW
5. Palestina adalah alasan Historis, Palestina mendukung kemeredekaan Indonesia
"DEMI KEBANGKITAN ISLAM KAMI RELA BERKORBAN UNTUK ISLAM YANG MULIA"

PAHAM ZIONISME DAN ISRAEL

Teror... Peperangan, pengusiran dan pembantaian... Selama puluhan tahun hingga kini Al Quds bersimbah darah, air mata dan penderitaan... Namun sebelumnya, terdapat masa di mana Palestina menjadi teladan bagi perdamaian, kerukunan dan keadilan. Pemeluk agama yang berbeda hidup berdampingan sebagai saudara dan beribadah dengan semangat saling menghormati dan menghargai. Masa kedamaian ini terjadi dalam sejarah di masa pemerintahan Muslim. Kala itu, wilayah ini di bawah pemerintahan Islam setelah pengambil-alihan Palestina oleh Khalifah Umar pada tahun 637 M. Pemerintahan baru ini memperlihatkan toleransi besar terhadap kaum Nasrani dan Yahudi. Sebagaimana ajaran Islam, pemerintahan Muslim mengizinkan pemeluk agama lain untuk hidup sesuai agama mereka masing-masing. Kekhalifahan Utsmaniyyah mengambil alih wilayah ini pada tahun 1517 dan memperlihatkan toleransi dan keadilan yang sama sebagaimana pemerintahan Muslim sebelumnya. Mereka membangun suasana perdamaian dan kebebasan di wilayah yang masih menjadi teladan hingga kini. Berkat “sistem bangsa,” yang mengizinkan pemeluk agama berbeda untuk hidup sesuai keyakinan masing-masing, kaum Nasrani dan Yahudi menikmati lingkungan yang penuh toleransi, keamanan dan kebebasan di wilayah kekhalifahan Utsmaniyyah.