Translate

“Rasa takut terhadap manusia jangan sampai menghalangi kamu untuk menyatakan apa yang sebenar-benarnya jika memang benar kamu melihatnya, menyaksikan atau mendengarnya.” (HR Ahmad)

“Raja (pemimpin) dan agama merupakan dua sejoli, tidak bisa dipisahkan antara satu dengan lainnya, karena agama adalah pondasi sementara raja adalah penjaganya, jika tidak memiliki pondasi maka akan hancur, dan jika tidak memiliki penjaga maka nilai-nilai yang terkadung didalamnya (Islam, Iman, Ihsan) akan rapuh dan segera sirna”
Assalâmu'alaikum warahmatullâhi wa barakâtuh

jadwal sholat

Akan lahir dari ilmu:

kemuliaan walaupun orangnya hina, kekuatan walaupun orangnya lemah, kedekatan walaupun orangnya jauh, kekayaan walaupun orangnya fakir, dan kewibawaan walaupun orangnya tawadhu'

07 April 2012

Industri Parfum dari Era Kekhalifahan

Posting : Qhiaiya_firman | 15 Jumada Al-Awwal 1433 H | 7 April 2011



Parfum begitu identik dengan kota Paris, Prancis. Di kota mode itulah sentra industri parfum dan kosmetik kini berada. Namun tahukah Anda bahwa industri parfum itu berasal dari dunia Islam? Sejatinya, para ilmuwan Islam di era kekhalifahanlah yang mengembangkan teknologi industri pembuatan parfum sejak abad ke-8 M.

Masyarakat Eropa baru mengenal parfum dan teknik pembuatannya sekitar abad ke-14 M atau enam abad setelah parfum berkembang pesat di dunia Islam.

Memang benar sebelum Islam datang, masyarakat dunia sudah mengenal parfum. Konon, seni membuat parfum telah dimulai masyarakat Mesir kuno. Menurut catatan sejarah, ahli kimia pertama di dunia yang membuat parfum adalah Tapputi yang berasal dari Mesopotamia.

Para arkeolog Italia juga menemukan fakta lain. Mereka menemukan parfum yang berumur 4.000 tahun lalu atau pada Zaman Perunggu di kepulauan Cyprus.

Adalah fakta yang tak terbantahkan bahwa kebudayaan Islam telah memberi pengaruh yang sangat signifikan terhadap perkembangan industri parfum di dunia Barat.

Dunia Islam berkontribusi besar dalam memperkenalkan proses ekstrasi wewangian melalui teknologi distilasi uap yang telah dikembangkan para ilmuwan Islam sejak abad ke-8 M. Industri parfum modern di dunia Barat pun banyak mengadopsi bahan ramuan parfum yang telah dikembangkan para ahli kimia Muslim.

Dominasi dunia Islam dalam mengembangkan parfum di era keemasan ditopang dengan budaya masyarakatnya sebagai pedagangan. Bangsa Arab dan Persia yang banyak menjadi saudagar kerap berkeliling dan menjelajahi dunia. Tak heran, bila mereka mengenal dan menemukan beragam jenis tanaman serta bahan-bahan mewangian di sentero dunia.

Mereka lalu membawa pula tanaman yang mereka temukan dan mengembangkannya di luar daerah aslinya. Dua tanaman yang dikembangkan umat Islam di era kejayaan untuk dijadikan bahan parfum adalah melati yang berasal dari Asia Selatan dan Asia Tenggara serta jeruk yang berasal dari Asia Timur. Hingga kini, keduanya masih menjadi bahan yang sangat penting dalam industri parfum modern.

Dalam kebudayaan Islam, penggunaan parfum telah dimulai ketika zaman Rasulullah SAW. Industri parfum tumbuh pesat di dunia Islam, karena Rasulullah SAW menganjurkan seorang Muslim untuk mengunakan wewangian ketika akan shalat Jumat.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda: "Mandi, memotong kuku, mencabut bulu-bulu tak perlu, memakai siwak, mengusapkan wewangian (parfum) sebisanya pada hari Jumat dianjurkan pada setiap laki-laki yang telah baligh." (Muttafaq 'alaih).

Hadis itu mendorong para ilmuwan Islam untuk mengeksplorasi dan mengembangkan dan memproduksi parfum dalam jumlah yang besar. Industri parfum pada era keemasan dikembangkan dua ahli kimia Muslim, Jabir Ibnu Hayyan dan (722-815) serta Al-Kindi (lahir 801 M). Kedua ilmuwan itulah yang mendirikan industri parfum di dunia Islam.

Jabir mengembangkan begitu banyak teknik, yakni distilasi, penguapan dan penyaringan. Ketiga teknik itu mampu mengumpulkan wewangian tumbuhan dalam bentuk uap. Hasilnmya dapat dkumpulkan dalam bentuk air atau minyak.

Upaya mengembangkan indusrti parfum juga dilakukan Al-Kindi. Bahkan, ilmuwan kelahiran Irak itu disebut-sebut sebagai pendiri industri parfum yang sebenarnya. Betapa tidak, semasa hidupnya Al-Kindi melakukan penelitian yang luas serta beragam eksperimen untuk menggabungkan beragam tanaman dan aneka bahan lainnya untuk meproduksi beragam wewangian.

Al-Kindi juga mengelaborasi beragam resep untuk membuat parfum, kosmetik dan obat-obatan. Parfum floral yang dikembangkan Umat Islam itu mulai diperkenalkan kepada masyarakat Eropa antara abad ke-11 dan 12 M melalui jalur perdagangan. Hal itu dikuatkan dengan catatan pada Pepperers Guild of London yang bertarikh 1179 M yang menyebutkan bahwa orang Eropa melakukan transaksi bahan-bahan parfum serta rempah-rempah dengan pedagang Muslim.

Sementara itu, Orang Eropa baru mengenal cara dan teknik pembuatan baru pada abad ke-14 M. Mereka mengetahuinya dari masyarakat Muslim di semenajung Arab yang terlebih dahulu mengembangkan industri parfum.

No comments:

Mengapa bangsa Indonesia harus memberikan rasa kepedulianya terhadap Palestina?
Sedikitnya ada 5 alasan yang mendasarinya yaitu:
1. Palestina adalah tanah yang diwakafkan Umar Bin Khatab kepada Umat Islam
2. Palestina adalah tempat suci Umat Islam
3. Palestina adalah Qiblat pertama Umat Islam
4. Palestina adalah negeri Isra' Mi'rajnya Baginda Nabi Muhammad SAW
5. Palestina adalah alasan Historis, Palestina mendukung kemeredekaan Indonesia
"DEMI KEBANGKITAN ISLAM KAMI RELA BERKORBAN UNTUK ISLAM YANG MULIA"

PAHAM ZIONISME DAN ISRAEL

Teror... Peperangan, pengusiran dan pembantaian... Selama puluhan tahun hingga kini Al Quds bersimbah darah, air mata dan penderitaan... Namun sebelumnya, terdapat masa di mana Palestina menjadi teladan bagi perdamaian, kerukunan dan keadilan. Pemeluk agama yang berbeda hidup berdampingan sebagai saudara dan beribadah dengan semangat saling menghormati dan menghargai. Masa kedamaian ini terjadi dalam sejarah di masa pemerintahan Muslim. Kala itu, wilayah ini di bawah pemerintahan Islam setelah pengambil-alihan Palestina oleh Khalifah Umar pada tahun 637 M. Pemerintahan baru ini memperlihatkan toleransi besar terhadap kaum Nasrani dan Yahudi. Sebagaimana ajaran Islam, pemerintahan Muslim mengizinkan pemeluk agama lain untuk hidup sesuai agama mereka masing-masing. Kekhalifahan Utsmaniyyah mengambil alih wilayah ini pada tahun 1517 dan memperlihatkan toleransi dan keadilan yang sama sebagaimana pemerintahan Muslim sebelumnya. Mereka membangun suasana perdamaian dan kebebasan di wilayah yang masih menjadi teladan hingga kini. Berkat “sistem bangsa,” yang mengizinkan pemeluk agama berbeda untuk hidup sesuai keyakinan masing-masing, kaum Nasrani dan Yahudi menikmati lingkungan yang penuh toleransi, keamanan dan kebebasan di wilayah kekhalifahan Utsmaniyyah.