(wawancara) [ 07/06/2011 - 02:30 ]
SUARA PALESTINA UNTUK DUNIA
Posted by : im_firman | 27 Oktober 2011
SUARA PALESTINA UNTUK DUNIA
Posted by : im_firman | 27 Oktober 2011
Kairo – PIP: Syamil Sultanuv adalah pakar dan
pengamat Rusia terkenal. Ia pernah menjadi koresponden khusus harian Don (to
day) di tahun 1991 dan pimred harian Zavtara (tomorrow) tahun 1994. Pernah
menjadi anggota dewan nasional rakyat Rusia tahun 1995 dan pernah menjadi
wakil ketua Pusat Studi Internasional untuk Ekonomi Regional dan ketua
asisten Partai Aqalim Rusia.
Sultanuv pernah menjadi anggota legislativ Doma
Rusia dari tahun 2003 hingga 2005. Kini ia menjabat ketua Pusat Studi
Strategi Rusia – Dunia Islam. Selain seorang pakar futurologi soal kondisi
dunia Islam dan Rusia, Sultonov juga mumpuni dalam menganilisis situasi
kekinian Rusia, Cina, Amerika dan Eropa.
Ia dilahirkan tahun 1952 di Uzbekistan dan merupakan
jebolan lembaga Universitas Moskow untuk Hubungan Internasional, ia pernah
mengetuai komunitas ilmiah di lembaga pendidikan tersebut. Tahun 1989 ia
pernah menjadi wakil ketua dekan fakultas ekonomi luar negeri di universitas
tersebut.
Berikut petikan wawancaranya dengan Markaz Filistini
Lili’lam (Pusat Informasi Palestina):
PIP: Pertama,
bagaimana Anda melihat situasi dunia internasional dan kawasan Timteng di
tengan sejumlah perubahan sekarang?
SS: Perkenankan saya pertama memulai
tema paling mencuat secara umum di dunia yang bisa masukkan dalam tema besar
“situasi ketidakjelasan”. Ini kembali kepada krisis ekonomi dunia dan
krisis-krisis tata dunia sekarang. Krisis di Eropa, Amerika, Jepang dan
negara-negara besar lainnya saat ini belum ada tanda-tanda solusi atas krisis
secara jelas sehingga menyebabkan penentuan kebijakan di barat dan Jepang.
Masalah lain adalah hubungan antara Amerika dan
Cina. Di satu sisi agaknya dua negara ini saling membutuhkan satu sama lain
dari sisi ekonomi. Namun di sisi lain, konfrontasi, persaingan dan saling
menantang antara keduanya begitu kuat. Bukan saja dalam bidang energi secara
khusus, tapi melibatkan bidang lain yang mempengaruhi keputusan politik dan
militer.
Saat ini bisa disimpulkan bahwa hegemoni tunggal
kutub Amerika atas dunia akan berakhir setelah mengendalikan dunia selama 20
tahun terakhir. Namun hingga sekarang terus terang, tidak ada sistem dunia
atau kutub dunia yang menjadi calon pengganti Amerika. Situasi ketidak
jelasan inilah yang menguasai dunia sekarang.
Bahayanya, situasi ketidak jelasan ini justru
menggiring terjadinya perang dunia. Perang ini arenanya bukan Korea Utara,
Eropa, Amerik Latin namun ada tiga wilayah geografis yang kemungkinan besar
menjadi calon arena perang itu; yakni Timteng, Iran dan Kaukas. Sebagai
contoh, jika di Timteng terjadi perang maka Israel ambil bagian di dalamnya
sehingga Amerika harus intervensi secara terpaksa. Ini tabiat perang dunia.
Atau Iran akan diserang, dan Cina tidak akan tinggal diam karena dia akan
mendukung Iran. Sebab Cina sangat membutuhkan energi yang dijadikan sandaran
Iran (gas dan minyak).
PIP: Bagaimana Anda melihat revolusi Arab saat ini dan masa depannya?
SS: Faktor ketidakjelasan dan blur di
dunia saat ini memberikan pengaruh langsung kepada revolusi Arab saat ini.
Saya ingin tegaskan bahwa apa yang terjadi di Arab bukanlah revolusi-revolusi
di beberapa negara Arab, tapi “satu revolusi Arab” yang akan terus belanjut
satu hingga dua dekake sampai hasilnya kelihatan berupa perubahan yang
diinginkan. Ini terbukti secara historis seperti yang terjadi di Iran, Rusia,
dan lainnya. Di Rusia revolusi terjadi tahun 1917 dan berlangsung hingga 1936.
Soal pendorong revolusi tersebut, menurut saya itu
adalah revolusi mencari jati diri dan identitas. Sistem sekularisme,
liberalisme, komunisme, dan nasionalisme terbukti gagal. Saya melihat
identitas yang muncul dari revolusi itu sangat kental islamnya. Namun menurut
saya juga, masalahnya adalah tidak ada program politik Islam praktis riil
yang mampu membantu mewujudkan harapan dan cita-cita bangsa Arab yang saat
ini melakukan revolusi.
Ketika saya bicara soal Islam politik, maksud saya
adalah dalam lingkup umum yang luas. Misalnya, kita menemukan Ikhwanul
Muslimin di Mesir merupakan organisasi yang sistem politiknya berkembang
secara besar. ini organisasi yang memiliki sejarah yang besar. ini salah satu
faktor besar revolusi. Ia memiliki keterlibatan yang jelas dalam revolusi
ini. Namun sayangnya, mereka tidak memiliki planing ekonomi untuk memajukan
situasi kehidupan di Mesir. Ketika saya bertanya kepada mereka apakah IM
memiliki rencana ekonomi untuk mengendalikan krisis yang saat ini dihadapi
Mesir? Saya tidak mendapatkan jawaban yang meyakinkan. Ketika bangsa Mesir
keluar dari rumah mereka mencari makan karena lapar, apa yang akan kalian
berikan? Saya tidak menemukan jawab yang meyakinkan. Demikian halnya di
Yaman dan Tunis.
Ketika saya bicara tentang ideologi Islam politik
dalam tataran praktis, apakah mereka akan mengikuti sistem Turki atau sistem
Iran misalnya, atau sistem tertentu? Ini adalah masalah kelompok elit
intelektual di kawasan Arab yang memiliki gap besar dengan bangsanya. Ini
tantangan besar bagi bangsa yang melakukan revolusi.
Ada dua contoh revolusi Islam iran dan Turki.
Revolusi Islam telah menunjukkan kelayakannya dalam mengembangkan sistem baru
menggantikan sistem usang sebelumnya. Contoh kesepahaman mereka dengan
lembaga militer sekuler dan gagasan mereka di Turki terbukti berhasil sampai
sekarang. Gap itu bisa dipangkas.
PIP: Hamas dan Fatah sudah menandatangani draft perjanjian rekonsiliasi, menurut pendapat Anda apakah ini akan berlangsung lama?
SS: Menurut pandangan saya Fatah tidak
mungkin dianggap sebagai kekuatan independen. Kinerja politik Fatah
tergantung oleh politik Amerika dan Israel. Jadi tentu kami menyadari bawha
Israel anti segala jenis yang berbau rekonsiliasi antara Fatah dan Hamas.
Meskipun ada kontrdiksi politik Israel terhadap rekonsiliasi. Di satu sisi,
Israel bilang perunding Palestina tidak mewakili bangsa Palestina dan tidak
mungkin berunding dengan kelompok yang mengatasnamakan bangsa Palestina
seluruhnya. Di sisi lain Israel bilang menentang Fatah jika rekonsiliasi
dengan Hamas.
Di sini ada dua masalah; pertama, situasi terbaik
bagi Israel adalah tidak perang dan tidak damai. Ini sangat menenangkan
Israel sebab perundingan tidak menghasilkan apa-apa. Kedua, saya yakin, bahwa
yang mendorong Abbas untuk rekonsiliasi dengan Hamas adalah Amerika. Kenapa?
Sebab ada kelompok di pemerintah Amerika tidak ingin perang dan sudah lelah
di Timur Tengah dan ingin menenangkan sebagian masalah yang menimbulkan
situasi panas sehingga mereka bisa menangani masalah lainnya.
Ini adalah permainan. Saya pernah katakan bahwa
Amerika tidak ingin perang sekarang. Ia tidak siap menghadapi perang yang
bisa jadi akan menyeret perang dunia. Hal itu karena mereka gagal di
Afganistan dan Irak. Disamping itu, Amerika tidak memiliki pasukan yang memadai
untuk menghadapi perang jenis ini.
Tahun 2003, ketika Rumsfeld Menhan Amerika kala itu
ditanya tentang perang Irak, dia menjawab dengan terang, “Saya memiliki
18.000 pasukan, beri saya 45.000 pasukan untuk menentukan perang.” Namun
Amerika tidak mungkin mencapai jumlah itu karena tidak mungkin dikerahkan
satu front.
Jadi,
revolusi Arab yang menggolakkan Intifadah atau perang di kawasan tidak
mungkin Amerika akan siap menghadapinya. Karenanya, Amerika butuh menenangkan
masalah Palestina. Sebab perang jenis ini akan menimbulkan tragedi bagi
ekonomi barat dan kebudayaan barat yang tugasnya harus menjaga Israel.
tindakan mendorong rekonsiliasi itu juga untuk membuktikan bahwa itu berpihak
kepada Timur Tengah sehingga harus mendukung rekonsiliasi Fatah dan Hamas.
Saya kira Amerika juga tidak akan menghalangi deklarasi negara Palestina pada
September mendatang.
PIP: Dalam peringatan “nakba” Mei lalu, bagaimana Anda melihat masa depan entitas Israel?
SS: Dengan terus terang, saya menilai
Israel diambang kehancuran. Ini akan terjadi antara 15 hingga 20 tahun lagi.
Sebab ini adalah negara buatan. Pernah terjadi perang dunia antara dua aliran
Uni Soviet dan Amerika Serikat. Uni Sovier sudah hancur. Hari ini, Amerika
tidak membangun rencana-rencananya di masa depan untuk bertahan karena ia
berkoalisi dengan Israel. Ada lobi politik yang terus meningkat di Amerika
yang kini terus gencar mengkritik hubungan dengan Israel sebagai hubungan
yang melibatkan Amerika kepada dilemaa-dilema beragam. Hubungan Amerika dengan
Israel justru dianggap bertentangan dengan kepentingan Amerika di Timur
Tengah dan hubungan dengan dunia Islam. Tahun lalu kita dengar kritikan
Jenderal Petraeus terhadap Israel. Jenderal ini yang memiliki masa
depan menarik dalam pemerintah mendatang. Ia termasuk elit militer yang
memiliki posisi dalam penentu kebijakan di Amerika Serikat. (bsyr)
|