Translate

“Rasa takut terhadap manusia jangan sampai menghalangi kamu untuk menyatakan apa yang sebenar-benarnya jika memang benar kamu melihatnya, menyaksikan atau mendengarnya.” (HR Ahmad)

“Raja (pemimpin) dan agama merupakan dua sejoli, tidak bisa dipisahkan antara satu dengan lainnya, karena agama adalah pondasi sementara raja adalah penjaganya, jika tidak memiliki pondasi maka akan hancur, dan jika tidak memiliki penjaga maka nilai-nilai yang terkadung didalamnya (Islam, Iman, Ihsan) akan rapuh dan segera sirna”
Assalâmu'alaikum warahmatullâhi wa barakâtuh

jadwal sholat

Akan lahir dari ilmu:

kemuliaan walaupun orangnya hina, kekuatan walaupun orangnya lemah, kedekatan walaupun orangnya jauh, kekayaan walaupun orangnya fakir, dan kewibawaan walaupun orangnya tawadhu'

08 June 2011

[ 27/10/2011 - 02:30 ] Pakar Rusia: Israel Diambang Kehancuran

(wawancara) [ 07/06/2011 - 02:30 ]

SUARA PALESTINA UNTUK DUNIA
Posted by : im_firman | 27 Oktober 2011


Kairo – PIP: Syamil Sultanuv adalah pakar dan pengamat Rusia terkenal. Ia pernah menjadi koresponden khusus harian Don (to day) di tahun 1991 dan pimred harian Zavtara (tomorrow) tahun 1994. Pernah menjadi anggota dewan nasional rakyat Rusia tahun 1995 dan pernah menjadi wakil ketua Pusat Studi Internasional untuk Ekonomi Regional dan ketua asisten Partai Aqalim Rusia.

Sultanuv pernah menjadi anggota legislativ Doma Rusia dari tahun 2003 hingga 2005. Kini ia menjabat ketua Pusat Studi Strategi Rusia – Dunia Islam. Selain seorang pakar futurologi soal kondisi dunia Islam dan Rusia, Sultonov juga mumpuni dalam menganilisis situasi kekinian Rusia, Cina, Amerika dan Eropa.
Ia dilahirkan tahun 1952 di Uzbekistan dan merupakan jebolan lembaga Universitas Moskow untuk Hubungan Internasional, ia pernah mengetuai komunitas ilmiah di lembaga pendidikan tersebut. Tahun 1989 ia pernah menjadi wakil ketua dekan fakultas ekonomi luar negeri di universitas tersebut.

Berikut petikan wawancaranya dengan Markaz Filistini Lili’lam (Pusat Informasi Palestina):

PIP: Pertama, bagaimana Anda melihat situasi dunia internasional dan kawasan Timteng di tengan sejumlah perubahan sekarang?
SS: Perkenankan saya pertama memulai tema paling mencuat secara umum di dunia yang bisa masukkan dalam tema besar “situasi ketidakjelasan”. Ini kembali kepada krisis ekonomi dunia dan krisis-krisis tata dunia sekarang. Krisis di Eropa, Amerika, Jepang dan negara-negara besar lainnya saat ini belum ada tanda-tanda solusi atas krisis secara jelas sehingga menyebabkan penentuan kebijakan di barat dan Jepang.
Masalah lain adalah hubungan antara Amerika dan Cina. Di satu sisi agaknya dua negara ini saling membutuhkan satu sama lain dari sisi ekonomi. Namun di sisi lain, konfrontasi, persaingan dan saling menantang antara keduanya begitu kuat. Bukan saja dalam bidang energi secara khusus, tapi melibatkan bidang lain yang mempengaruhi keputusan politik dan militer.
Saat ini bisa disimpulkan bahwa hegemoni tunggal kutub Amerika atas dunia akan berakhir setelah mengendalikan dunia selama 20 tahun terakhir. Namun hingga sekarang terus terang, tidak ada sistem dunia atau kutub dunia yang menjadi calon pengganti Amerika. Situasi ketidak jelasan inilah yang menguasai dunia sekarang.
Bahayanya, situasi ketidak jelasan ini justru menggiring terjadinya perang dunia. Perang ini arenanya bukan Korea Utara, Eropa, Amerik Latin namun ada tiga wilayah geografis yang kemungkinan besar menjadi calon arena perang itu; yakni Timteng, Iran dan Kaukas. Sebagai contoh, jika di Timteng terjadi perang maka Israel ambil bagian di dalamnya sehingga Amerika harus intervensi secara terpaksa. Ini tabiat perang dunia. Atau Iran akan diserang, dan Cina tidak akan tinggal diam karena dia akan mendukung Iran. Sebab Cina sangat membutuhkan energi yang dijadikan sandaran Iran (gas dan minyak).


PIP: Bagaimana  Anda melihat revolusi Arab saat ini dan masa depannya?
SS: Faktor ketidakjelasan dan blur di dunia saat ini memberikan pengaruh langsung kepada revolusi Arab saat ini. Saya ingin tegaskan bahwa apa yang terjadi di Arab bukanlah revolusi-revolusi di beberapa negara Arab, tapi “satu revolusi Arab” yang akan terus belanjut satu hingga dua dekake sampai hasilnya kelihatan berupa perubahan yang diinginkan. Ini terbukti secara historis seperti yang terjadi di Iran, Rusia, dan lainnya. Di Rusia revolusi terjadi tahun 1917 dan berlangsung hingga 1936.
Soal pendorong revolusi tersebut, menurut saya itu adalah revolusi mencari jati diri dan identitas. Sistem sekularisme, liberalisme, komunisme, dan nasionalisme terbukti gagal. Saya melihat identitas yang muncul dari revolusi itu sangat kental islamnya. Namun menurut saya juga, masalahnya adalah tidak ada program politik Islam praktis riil yang mampu membantu mewujudkan harapan dan cita-cita bangsa Arab yang saat ini melakukan revolusi.
Ketika saya bicara soal Islam politik, maksud saya adalah dalam lingkup umum yang luas. Misalnya, kita menemukan Ikhwanul Muslimin di Mesir merupakan organisasi yang sistem politiknya berkembang secara besar. ini organisasi yang memiliki sejarah yang besar. ini salah satu faktor besar revolusi. Ia memiliki keterlibatan yang jelas dalam revolusi ini. Namun sayangnya, mereka tidak memiliki planing ekonomi untuk memajukan situasi kehidupan di Mesir. Ketika saya bertanya kepada mereka apakah IM memiliki rencana ekonomi untuk mengendalikan krisis yang saat ini dihadapi Mesir? Saya tidak mendapatkan jawaban yang meyakinkan. Ketika bangsa Mesir keluar dari rumah mereka mencari makan karena lapar, apa yang akan kalian berikan? Saya tidak menemukan jawab yang meyakinkan. Demikian halnya di Yaman dan Tunis.
Ketika saya bicara tentang ideologi Islam politik dalam tataran praktis, apakah mereka akan mengikuti sistem Turki atau sistem Iran misalnya, atau sistem tertentu? Ini adalah masalah kelompok elit intelektual di kawasan Arab yang memiliki gap besar dengan bangsanya. Ini tantangan besar bagi bangsa yang melakukan revolusi.
Ada dua contoh revolusi Islam iran dan Turki. Revolusi Islam telah menunjukkan kelayakannya dalam mengembangkan sistem baru menggantikan sistem usang sebelumnya. Contoh kesepahaman mereka dengan lembaga militer sekuler dan gagasan mereka di Turki terbukti berhasil sampai sekarang. Gap itu bisa dipangkas.


PIP: Hamas dan Fatah sudah menandatangani draft perjanjian rekonsiliasi, menurut pendapat Anda apakah ini akan berlangsung lama?
SS: Menurut pandangan saya Fatah tidak mungkin dianggap sebagai kekuatan independen. Kinerja politik Fatah tergantung oleh politik Amerika dan Israel. Jadi tentu kami menyadari bawha Israel anti segala jenis yang berbau rekonsiliasi antara Fatah dan Hamas. Meskipun ada kontrdiksi politik Israel terhadap rekonsiliasi. Di satu sisi, Israel bilang perunding Palestina tidak mewakili bangsa Palestina dan tidak mungkin berunding dengan kelompok yang mengatasnamakan bangsa Palestina seluruhnya. Di sisi lain Israel bilang menentang Fatah jika rekonsiliasi dengan Hamas.
Di sini ada dua masalah; pertama, situasi terbaik bagi Israel adalah tidak perang dan tidak damai. Ini sangat menenangkan Israel sebab perundingan tidak menghasilkan apa-apa. Kedua, saya yakin, bahwa yang mendorong Abbas untuk rekonsiliasi dengan Hamas adalah Amerika. Kenapa? Sebab ada kelompok di pemerintah Amerika tidak ingin perang dan sudah lelah di Timur Tengah dan ingin menenangkan sebagian masalah yang menimbulkan situasi panas sehingga mereka bisa menangani masalah lainnya.
Ini adalah permainan. Saya pernah katakan bahwa Amerika tidak ingin perang sekarang. Ia tidak siap menghadapi perang yang bisa jadi akan menyeret perang dunia. Hal itu karena mereka gagal di Afganistan dan Irak. Disamping itu, Amerika tidak memiliki pasukan yang memadai untuk menghadapi perang jenis ini.
Tahun 2003, ketika Rumsfeld Menhan Amerika kala itu ditanya tentang perang Irak, dia menjawab dengan terang, “Saya memiliki 18.000 pasukan, beri saya 45.000 pasukan untuk menentukan perang.” Namun Amerika tidak mungkin mencapai jumlah itu karena tidak mungkin dikerahkan satu front.
Jadi, revolusi Arab yang menggolakkan Intifadah atau perang di kawasan tidak mungkin Amerika akan siap menghadapinya. Karenanya, Amerika butuh menenangkan masalah Palestina. Sebab perang jenis ini akan menimbulkan tragedi bagi ekonomi barat dan kebudayaan barat  yang tugasnya harus menjaga Israel. tindakan mendorong rekonsiliasi itu juga untuk membuktikan bahwa itu berpihak kepada Timur Tengah sehingga harus mendukung rekonsiliasi Fatah dan Hamas. Saya kira Amerika juga tidak akan menghalangi deklarasi negara Palestina pada September mendatang.


PIP: Dalam peringatan “nakba” Mei lalu, bagaimana Anda melihat masa depan entitas Israel?
SS: Dengan terus terang, saya menilai Israel diambang kehancuran. Ini akan terjadi antara 15 hingga 20 tahun lagi. Sebab ini adalah negara buatan. Pernah terjadi perang dunia antara dua aliran Uni Soviet dan Amerika Serikat. Uni Sovier sudah hancur. Hari ini, Amerika tidak membangun rencana-rencananya di masa depan untuk bertahan karena ia berkoalisi dengan Israel. Ada lobi politik yang terus meningkat di Amerika yang kini terus gencar mengkritik hubungan dengan Israel sebagai hubungan yang melibatkan Amerika kepada dilemaa-dilema beragam. Hubungan Amerika dengan Israel justru dianggap  bertentangan dengan kepentingan Amerika di Timur Tengah dan hubungan dengan dunia Islam. Tahun lalu kita dengar kritikan Jenderal Petraeus terhadap Israel. Jenderal ini  yang memiliki masa depan menarik dalam pemerintah mendatang. Ia termasuk elit militer yang memiliki posisi dalam penentu kebijakan di Amerika Serikat. (bsyr)


Mengapa bangsa Indonesia harus memberikan rasa kepedulianya terhadap Palestina?
Sedikitnya ada 5 alasan yang mendasarinya yaitu:
1. Palestina adalah tanah yang diwakafkan Umar Bin Khatab kepada Umat Islam
2. Palestina adalah tempat suci Umat Islam
3. Palestina adalah Qiblat pertama Umat Islam
4. Palestina adalah negeri Isra' Mi'rajnya Baginda Nabi Muhammad SAW
5. Palestina adalah alasan Historis, Palestina mendukung kemeredekaan Indonesia
"DEMI KEBANGKITAN ISLAM KAMI RELA BERKORBAN UNTUK ISLAM YANG MULIA"

PAHAM ZIONISME DAN ISRAEL

Teror... Peperangan, pengusiran dan pembantaian... Selama puluhan tahun hingga kini Al Quds bersimbah darah, air mata dan penderitaan... Namun sebelumnya, terdapat masa di mana Palestina menjadi teladan bagi perdamaian, kerukunan dan keadilan. Pemeluk agama yang berbeda hidup berdampingan sebagai saudara dan beribadah dengan semangat saling menghormati dan menghargai. Masa kedamaian ini terjadi dalam sejarah di masa pemerintahan Muslim. Kala itu, wilayah ini di bawah pemerintahan Islam setelah pengambil-alihan Palestina oleh Khalifah Umar pada tahun 637 M. Pemerintahan baru ini memperlihatkan toleransi besar terhadap kaum Nasrani dan Yahudi. Sebagaimana ajaran Islam, pemerintahan Muslim mengizinkan pemeluk agama lain untuk hidup sesuai agama mereka masing-masing. Kekhalifahan Utsmaniyyah mengambil alih wilayah ini pada tahun 1517 dan memperlihatkan toleransi dan keadilan yang sama sebagaimana pemerintahan Muslim sebelumnya. Mereka membangun suasana perdamaian dan kebebasan di wilayah yang masih menjadi teladan hingga kini. Berkat “sistem bangsa,” yang mengizinkan pemeluk agama berbeda untuk hidup sesuai keyakinan masing-masing, kaum Nasrani dan Yahudi menikmati lingkungan yang penuh toleransi, keamanan dan kebebasan di wilayah kekhalifahan Utsmaniyyah.